Senin, 16 Maret 2009

COOPERATIVE LEARNING DAN PENERAPANNYA

DALAM PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Proses pembelajaran di sekolah yang selama ini cenderung kompetitif dan individualis dinilai banyak pihak berefek tidak baik kepada siswa. Umumnya tingkat kepedulian antarsiswa kurang. Mereka cenderung mementingkan diri sendiri, tidak terjalinnya komunikasi yang baik antarmereka, dan lain tingkah laku individualis. Salah satu alternatif untuk memecahkan kondisi seperti ini adalah dengan pembelajaran yang berorientasi kooperatif atau kerja sama.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahawa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami suatu kompetensi pembelajaran atau materi pelajaran dengan melakukan diskusi dengan temannya. Siswa berusaha bekerja sama memberi dan menerima informasi antaranggota sehingga tercipta sebuah pemahaman yang utuh terhadap konsep tertentu. Hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam model pembelajaran tersebut. (Depdikna,2004:39)

Jerome Bruner mengatakan bahwa pendidikan seharusnya merupakan Communal undertraking, di mana anak didik diberi tanggung jawab untuk membantu kawannya. Keadaan ini memberikan perasaan pada diri anak bahwa ia merasa berguna dalam kehidupan bersama (dalam Suparno, 2001: 158-159)

Hal di ats diperkuat lagi dengan pendapat Suciati. Suciati mengatakan bahwa dalam ruang lingkup motivasi belajar, untuk mengembangkan kemampuan, siswa perlu mengembangkan hubungan antarpersonal yang memberikan dukungan sosial. Hubungan antarpersonal diperlukan agar siswa merasa terkait dan berhubungan dengan orang lain dalam suasana saling percaya, menghargai, dan memperhatikan. (Suciati,2004) dengan kata lain hubungan antarpersonal dalam situasi pembelajaran mampu memotivasi siswa dalam belajar dan melatih siswa mengembangkan toleransi sosialnya.

Ornstein mengatakan bahwa dalam pembelajaran, yang menjadi faktor kunci dalam mengembangkan dan memelihara motivasi siswa adalah pengajaran yang baik serta guru yang mengusahakan pengembangan pribadi dan sosial siswa secara total. Lebih lanjut Mangunwijaya mengatakan bahwa proses sosialisasi anak bukan hanya terpelihara motivasi belajar, tetapi juga tumbuhnya kemampuan intelektual dan kepekaan sosial, serta kemampuan berkomunikasi dan memberikan kontribusi sosial (Dalam Suciati dkk, 2004)

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, akan diulas beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif di anataranya tentang ciri-ciri, tujuan pembelajaran, potensi penghalang, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif, dan metode pembelajaran, serta contoh aplikasi dari metode kooperatif.

1. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Secara umum pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif atau kerja sama untuk menuntaskan kompetensi atau materi tertentu.

b. Kelompok dibentuk secara heterogen dengan memperhatikan tingkat kemampuan siswa, warna kulit, jenis kelamin.

c. Penghargaan berorientasi pada keberhasilan kelompok.

d. Setiap individu memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama untuk kemajuan kelompoknya.

2. Tujuan Pembelajaran

Ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Model ini membantu siswa memahami suatu konsep yang sulit. Dengan demikian, siswa akan terbantu menguasai suatu kompetensi yang diajarkan. Selain itu, struktur hadiah kooperatif akan meningkatkan nilai dalam bidang akademik dan mengurangi bias ras dan budaya.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Dengan adanya kerja sama kelompok, siswa dilatih untuk memeiliki toleransi yang tinggi antarindividu. Semua siswa memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompok. Dengan demikian, bagaimanapun kemampuan siswa, dia akan berkontribusi sama dengan siswa yang lain untuk kemajuan kelompoknya.

c. Pengembangan keterampilan sosial (kooperatif)

Dalam pembelajaran kooperatif, fungsi soaila siswa akan berkembang sehingga berkembang pula berbagai keterampilan sosial yang biasa disebut keterampilan kooperatif seperti

i. Mematuhi dan menggunakan hasil kesepakatan

ii. Menghargai kontribusi orang lain

iii. Mengambil giliran dan berbagi tugas antaranggota

iv. Mendorong partisipasi

v. Menyelesaikan tugas tepat waktu.

vi. Menghormati perbedaan individu

vii. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan santun

viii. Mengontrol emosi

ix. Menerima tanggung jawab

x. Berkompromi dengan orang lain.

3. Potensi Peghalang pada Pembelajaran Kooperatif

Apabila tidak dirancang dengan baik, metode kooperatif dapat memicu munculnya penghalang yang menghambat pelaksanaan metode ini. Penghalang yang mungkin timbul dari pelaksanaan metode ini adalah

a. Munculnya “pembonceng” kelompok di mana hanya sebagian kecil anggota kelompok yang mengerjakan tugas.

b. Munculnya ketidakcocokkan antaranggota kelompok terutama pada awal-awal kegiatan.

c. Kontribusi siswa yang dianggap kurang mampu sering diabaikan manakala proyek tang sedang dilaksanakan berupa proyek yang dianggap sulit.

d. Siswa yang kurang mampu sering merasa minder dan pasrah terutama pada awal-awal kegiatan.

Masalah seperti di atas dapat menjadi penghalang bagi terciptanya pengaruh pencapaian prestasi dari pembelajaran kooperatif. Menurut slavin, penghalang tersebut dapat ditiadakan dengan dengan dua cara yaitu

1) Membuat masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab atas unit-unit yang berbeda. Namun tugas ini juga dapat mengakibatkan siswa terfokuskan pada tugas yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.

2) Membuat siswa bertanggung jawab secara individual Atas pembelajaran mereka.

4. Langkah Pembelajaran Kooperatif

Ada enam langkah atau fase utama dalam pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut dikoordinir guru agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik. Fase tersebut adalah

Fase

Aktivitas Guru

Fase 1

Menyampaikan Tujuan dan Motivasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisen

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevalusi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan baik pada proses maupun hasil belajar individu dan kelompok.

5. Metode Belajar kooperatif

a. Student Teams-Achievement Division (STAD)

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:

1. Presentasi kelas

2. tim

3. kuis

4. skor kemajuan individual

5. rekognisi tim

Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung di kelas yang berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh karena akan membantu mereka mengerjakan kuis.

Tim

Tim terdiri atas 4 -5 anak yang bervariasi dari tingkat intelegensi, jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi utama tim memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar untuk mempersiapkan anggotanya mengerjakan kuis. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Penekanan agar anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim dan membantu tiap anggotanya.

Kuis

Setelah presentasi guru dan kerja tim, siswa mengerjakan kuis secara individu. Siswa tidak diperkenankan membantu dalam mengerjakan tugas.

Skor Kemajuan

Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal dalam timnya. Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.

Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mencapai skor tertentu.

b. Team Game Turnament (TGT)

Secara umumTGT sama dengan STAD, kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnament akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siwa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lainnya yang kinerja akademik sebelumnhya setara. TGT sewreing dikombinasikan dengan STAD , dengan menambahakan turnament tertentu pada struktur STAD.

Komponen TGT

  1. Presentasi di kelas Sama saja dengan STAD
  2. Tim sama sepert STAD
  3. Game yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kemampuan siswa dari presentasi kelas. Game dimainkan di depan dengan pemain satu orang dari masing-masing tim untuk menantang jawaban.
  4. turnamen merupakan struktur game. Kondisi terbaik setiap permaianan akan terlihat.
  5. rekognisi tim sama seperti STAD.

c. Co-op Co-op

Langkah-langkah

  1. diskusi kelas terpusat pada siswa.

Mendorong siswa untuk mengekspresikan ketertarikan terhadap subjek yang akan dipelajari.

  1. menyeleksi dan pembentukan tim. Penentuan kelompok antara 4 – 5 orang per tim dengan anggota tim heterogen.
  2. seleksi topik. Dalam kegiatan ini siswa memilih topik untuk tim mereka dengan mendiskusikan ketertarikan masing sehingga disepakati topik milik kelompok.
  3. pemilihan topik kecil. Tiap tim membagai topik menjadi topik-topik kecil untuk pembagian tugas di antara anggota kelompok.
  4. persiapan topik kecil. Siswa secara individual menemukan aspek-aspek penting dari topik kecil yang menjadi tanggung jawabnya. Cara yang ditempuh bisa dengan wawancara, eksperimen, proyek individual, kegiatan ekspresif, atau kajian pustaka.
  5. presentasi topik kecil. Tujuan kegiatan pada tahap ini adalah agar teman dalam satu tim memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang sama. Selama presentasi, pembagian tugas untuk mencatat hasil tiap-tiap individu, mengkritik, dan memeriksa poin-poin yang mencapai titik temu dari informasi yang dipresentasikan.
  6. persiapan presentasi tim. Memadukan hasil presentasi topik-topik kecil menjadi wacana utuh.
  7. presntasi tim.
  8. evaluasi. Pada tahap evaluasi dilakukan dengan tiga langkah yaitu
    1. saat presentasi tim dievaluasi kelas.
    2. Kontribusi individual dievaluasi oleh teman dalam satu tim.
    3. Pengulangan kembali materi dievaluasi oleh semua siswa

d. Jigsaw II

Jigsaw digunakan bila

1. materi yang dipelajari narasi tertulis.

2. tujuan lebih pada kemampuan penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan.

3. bahan berupa bab, cerita, biografi, narasi/deskripsi.

Langkah-langkah pelaksanaan

1. Persiapan

a. penentuan materi

· pilihlah satu atau dua bab, cerita, atau unit lainnya.

· Buatlah lembar ahli untuk menuntun siswa memfokuskan konsentrasi saat membaca

· Buatlah kuis, tes esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk setiap unit.

· Buatlah skema diskusi untuk mengarahkan diskusi dalam kelompok ahli.

b. Membagi siswa ke dalam tim.

c. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli.

d. Penentuan skor awal.

2. Pelaksanaan Jigsaw

a. Membaca

b. Diskusi Kelompok ahli

c. laporan tim.

d. Tes individual

e. Recognisi tim yaitu penghitungan skor tim.

pendidikan Sertifikasi

PENDIDIKAN SERTIFIKASI DAN PROFESI GURU

Selintas tentang Sertifikasi Guru.

Bagi kalangan pendidik, sertifikasi guru merupakan hal yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi berita yang membuat harap-harap cemas. Bagaimana tidak? Konon guru yang telah memiliki sertifikasi profesi guru, berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar minimal satu kali gaji pokoknya. Paling tidak itulah yang ada dalam undang-undang guru dan dosen yang telah disahkan oleh presiden. Tentunya sertifikasi tersebut menjadi dambaan setiap guru untuk dapat meningkatkan harkat dan martabatnya, serta harapan untuk dapat hidup lebih layak lagi.

Pemerintah dalam rangka merealisasikan undang-undang guru dan dosen tersebut telah membuka satu cara pemberian sertifikat profesi yaitu dengan pengumpulan portofolio. Portofolio telah dilaksanakan dari tahun 2006 dengan sambuta yang hangat oleh sebagian besar guru. Betapa tidak, karena dengan portofolio mereka tidak perlu mengikuti pendidikan profesi selama satu tahun seperti yang disyaratkan dalam UU tersebut.

Namun ternyata sambutan guru terlalu bersemangat. Hal itu terbukti dengan larisnya seminar- seminar yang diikuti oleh guru tanpa menimbang segi manfaat dari hasil seminar tersebut. Apakah seminar tersebut bermanfaar untuk meningkatkan kualitas profesinya atau tidak bukanlah menjadi masalah. Yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat memperoleh piagam seminar untuk memenuhi nilai pada portofolio.

Sejalan dengan pelaksanaan portofolio, pemerintah ternyata cukup adil untuk membuka program sertifikasi pendidikan melalui jalur pendidikan sesuai dengan amanat UU guru dan dosen. Diawali pada tahun 2008, pendidikan sertifikasi selama satu tahun diselenggarakan dengan melakukan kerja sama dengan Direktorat Perguruan Tinggi. Beberapa Perti yang dinilai memiliki kualifikasi dijadikan sebagai tempat untuk pendidikan tersbut. Untuk angkatan pertama, mahasiswa dipilih dengan pengajuan satu orang setiap kabupaten / kota permata pelajaran. Salah satu yang menjadi syarat adalah guru yang dianggap berprestasi dengan ditunjukkan oleh bukti fisik prestasi selama dia menjadi guru.

Plus-Minus Pendidikan Sertifikasi

Pemberian sertifikasi profesi melalui jalur pendidikan mulai digulirkan dari awal tahun 2008 setelah melalui proses penjaringan di tahun 2007. Sejumlah guru berubah status menjadi mahasiswa. Namun layaknya anak belajar mengendarai sepeda, sesekali terjadi hal-hal yang kurang dikehendaki baik oleh peserta maupun oleh penyelanggara pendidikan. Salah satunya adalah masih kurangnya koordinasi antarbagian di salah satu perguruan tinggi penyelenggara sehingga mahasiswa terkesan menjadi tamu tak diundang saat dilakukan registrasi awal. Namun kelemahan itu merupakan kelemahan yang tidak tersa diantara sekian ratus atau bahkan ribuan keuntungan yang dapat diperoleh peserta dari pendidikan tersebut.

Secara finansial, peserta memperoleh keuntungan dari adanya pemberian beasiswa tanpa mengurangi gaji yang secara rutin diterimanya. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut tidak akan mengganggu ekonomi keluarga. Kebutuhan hidup di luar kota saat mengikuti pendidikan dipenuhi oleh beasiswa sedangkan kebutuhan keluarga di rumah dipenuhi oleh gaji yang diterimanya. Di samping itu, kebutuhan akan buku untuk menambah pengetahuan juga dapat terpenuhi dengan adanya tunjangan buku sebesar Rp200.000 setiap bulan.

Ditinjau dari segi keilmuan yang berkaitan dengan profesi guru, melalui pendidikan sertifikasi guru akan dapat memanen sejumlah ilmu untuk bekal mendidik siswa di sekolah. Hal tersebut diperoleh dari adanya mata kuliah yang seluruhnya terfokus pada peningkatan profesi guru. Mata kuliah yang ada pada program pendidikan sertifikasi terdiri dari Penelitian Tindakan Kelas, Pendalaman Materi Pelajaran, Pembinaan Peserta Didik, Inovasi Pembelajaran,

begitu banyak manfaat dari pendidikan sertifikasi. idealnya, semua guru mengikuti pendidikan sertifikasi demi kemajuan anak bangsa.