Jumat, 07 Mei 2010

Puisiku

BIAR

Bukankah kusudah bilang

Jangan lepas aku dari tali kekang

Karena aku kan jadi liar

Menerjang,

menendang

Kini aku lepas menyeruak leliku hari

Sepi tak berarti

Dalam kepalsuan hakiki

Tangkap aku dengan laso

Kurung aku dalam istal bambu

Biar

Biar saja mengerang

menggeram

Biar

Biar saja terus meringkik tak berkutik

Sampai pada akhir sebuah detik




HANYA HARAP

Kalau boleh kupinta padamu

Temui aku dalam batas perjalananku

Aku tahu

Aku bukanlah lelaki pilihan

Yang mampu menyuarakan suaramu

Aku tahu

Aku bukanlah lelaki harapan

Yang mampu mengusung panji-panjimu

Aku papa tanpamu

Buta dalam benderangnya mercuri ibu kota

Terpuruk sedalam lorong tak berujung

Yang aku ingin hanyalah

Temui aku dalam batas perjalananku

Dengan senyummu teduh

Karena rindu ini begitu lekat

Terpahat dalam hatiku dalam

Mengalir bersama darah di degup jantung

Karena rindu itu begitu pekat

Mengharap tetes kasihmu yang kan membuka pintu harapku yang kekal



Rinduku padamu lelaki berjubah putih

Rinduku padamu

Seperti rindu bumi pada matahari

yang hangatkan sepanjang siang

Rinduku padamu

Seperti rindu pagi pada kokok ayam

yang membuat pagi lebih bermakna

Rinduku padamu

Seperti rindu perahu layar pada angin

yang membawa menjelajah jauh ke tengah samudera

Rinduku padamu

Seperti rindu ikan pada laut

yang menebar hidup dan memberikan hidup pada semuanya

Rinduku padamu,

Adalah rindu tak bertepi

Seperti bumi

Langit

Dan dalamnya hati

Kini

Dan juga esok

Akankah rindu ini terjawab..?!





TITIP PESAN UNTUK ANAKKU

Nak,

Hidup abi, tak seperti hidupmu

Yang penuh dengan belukar modernisasi

Kepedihan yang melenakan

Menenggelamkan diri kedasar kenistaan

Terdalam tanpa kau sendiri menyadari

Nak,

Kalau boleh abi bertanya

Sudah siapkah engkau dengan hari esokmu?

Jangan!

Jangan pernah kau katakan tidak

Karena besok pasti datang

Menghampirimu

Dalam ketidaksadaranmu

Bersiaplah, Nak

Dengan bekal yang memadai

Nak,

Hari ini kutitipkan seuntai kata

Mungin dapat kau ingat, nanti

Kita memang papa

Tapi kita masih punya

Yang maha kuasa