Selasa, 17 Mei 2011

Doa pagi hari

Ya, Robb
segala puji hanya untuk-Mu yang telah memberi aku kesempatan menghirup udara pagi ini; menatap alam hari ini, menikmati rintik hujan musin pancaroba hari ini.
Robb,
tunjukkanlah kami ke jalan orang-orang yang benar sehingga kami dapat menjalani hari ini sesuai dengan aturan-Mu. jangan biarkan kami lalai dari rahmat_mu. jangan biarkan kami alpa dengan kewajibanku.
Rob, Jadikalah hari ini hari terbaik yang bisa aku rasakan sepanjang hidupku.
Amin.

Jumat, 06 Mei 2011

ZAMAN MEMANG SUDAH GILA

Zaman memang sudah gila, lha, bagaimana tidak, perzinaan seakan sudah menjadi barang biasa. Pelaku perzinaan seakan gak merasa bersalah. kayak kang Seri itu. Lelaki tua yang umurnya tinggal menunggu giliran saja masih doyan sama perempuan. lebih parahnya lagi, yang jadi incaran kali ini Yu Pahing, istrinya kang wirid, yang bekerja jadi tukang becak di Jakarta. Yu Pahing rupanya sudah gak tahan jadi jablai karena Kang Wirid waktunya habis untuk menaiki becak, sementara istrinya dianggurin saja. Sementara Kang Seri, yang wajahnya selalu berseri-seri masih dengan gairah mudanya dalam casing tubuh yang sudah keriput membutuhkan pelabuhan hasratnya. Istrinya sudah tidak mampu melayaninya lagi. Sudah menopouse katanya.

pucuk dicintai ulam pun tiba. Sama-sama butuh. "Gendul ketemu cupuny" kata orang Jawa bilang. terjadilah perselingkuhan yang diharapkan oleh setan (padahal mereka yang mengharapkan). gilanya lagi, istri Kang Seri sudah mengendus kelakuan suaminya. gila....gila..... agama sudah pada kemana ya?

akhirnya sepandai-pandai menyimpan bangkai, terbongkar juga baunya. Kang Wirid tahu, istrinya, Yu Pahing, berselingkuh dengan kang Seri yang katanya masih bau sodara. Kang Wirid naik pitam. Dengan semangat empat lima penuh amarah dia pulang dari Jakarta meninggalkan becak kesayangannya. hatinya panas, terbakar.

setelah lama perjalanan dari Jakarta sampai rumah, kang Wirid masih menyimpan amarahnya yang kini dibungkus tenaga yang kian loyo. istrinya menyambut dengan muka cemberut menampakkan sikap siap didamprat suaminya. tiba-tiba muncul juga kata-kata dari mulut kang Wirid.
"Kamu tuh apa gak malu melakukan perzinaan dengan kang Seri?"
"Pake, gak usah marah-marah gitu deh. Ini juga salah sampean." potong Yu Pahing.
"lha salahku apa? wong aku kerka keras banting tulang di Jakarta kok!" bela kang Wirid.
"Ya, memang. tapi apa pernah sampean kirim untuk anak istri? kami butuh uang pak, butuh duit.!!!!"
"lalu apa hubungannya kamu butuh duit dengan selingkuhnya kamu?" bentak kang Wirid mencoba menyudutkan.
"Lha kang Seri kan ngasih duit ke aku. sebagai imbalannya, ya, dia juga kan butuh pelampiasan. aku pikir daripada aku banyak utang, dan juga aku kan butuh itu, mengapa tidak?"
"Apa................"
Kang Wirid tertegun. Sebagai suami dia merasa tidak bertanggung jawab. Lalu diambinya tas kresek bawaannya dan segera diserahkan pada Yu Pahing tanpa berkata-kata lagi. dipakainya sendal cepit kesayangannya kemudian segera beranjak ke luar. kembali ke Jakarta menemui becak kesayangannya.

Selasa, 12 April 2011

AJI SAKA

Ajisaka
Dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama Prabu Dewata Cengkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di dusun Medang Kawit ada seorang pemuda bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun. Bapak tua yang akhirnya diangkat ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang Kamulan. Mendengar cerita tentang kebuasan Prabu Dewata Cengkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan. Dengan mengenakan serban di kepala Aji Saka berangkat ke Medang Kamulan.
Perjalanan menuju Medang Kamulan tidaklah mulus, Aji Saka sempat bertempur selama tujuh hari tujuh malam dengan setan penunggu hutan, karena Aji Saka menolak dijadikan budak oleh setan penunggu selama sepuluh tahun sebelum diperbolehkan melewati hutan itu.
Tapi berkat kesaktiannya, Aji Saka berhasil mengelak dari semburan api si setan. Sesaat setelah Aji Saka berdoa, seberkas sinar kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan sekaligus melenyapkannya.
Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang Prabu.
Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk mengakhiri kelalimannya.
Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian hilang ditelan ombak.
Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan Kerajaan Medang Kamulan ke jaman keemasan, jaman dimana rakyat hidup tenang, damai, makmur dan sejahtera.