Kamis, 23 Oktober 2008

Kumpulan Puisi


BIAR

Bukankah kusudah bilang
Jangan lepas aku dari tali kekang
Karena aku kan jadi liar
Menerjang,
menendang

Kini aku lepas menyeruak leliku hari
Sepi tak berarti
Dalam kepalsuan hakiki

Tangkap aku dengan laso
Kurung aku dalam istal bambu
Biar
Biar saja mengerang
menggeram
Biar
Biar saja terus meringkik tak berkutik
Sampai pada akhir sebuah detik


HANYA HARAP

Kalau boleh kupinta padamu
Temui aku dalam batas perjalananku


Aku tahu
Aku bukanlah lelaki pilihan
Yang mampu menyuarakan suaramu
Aku tahu
Aku bukanlah lelaki harapan
Yang mampu mengusung panji-panjimu

Aku papa tanpamu
Buta dalam benderangnya mercuri ibu kota
Terpuruk sedalam lorong tak berujung

Yang aku ingin hanyalah
Temui aku dalam batas perjalananku
Dengan senyummu teduh
Karena rindu ini begitu lekat
Terpahat dalam hatiku dalam
Mengalir bersama darah di degup jantung
Karena rindu itu begitu pekat
Mengharap tetes kasihmu yang kan membuka pintu harapku yang kekal



Rinduku padamu lelaki berjubah putih

Rinduku padamu
Seperti rindu bumi pada matahari
yang hangatkan sepanjang siang
Rinduku padamu
Seperti rindu pagi pada kokok ayam
yang membuat pagi lebih bermakna
Rinduku padamu
Seperti rindu perahu layar pada angin
yang membawa menjelajah jauh ke tengah samudera
Rinduku padamu
Seperti rindu ikan pada laut
yang menebar hidup dan memberikan hidup pada semuanya
Rinduku padamu,
Adalah rindu tak bertepi
Seperti bumi
Langit
Dan dalamnya hati
Kini
Dan juga esok


Akankah rindu ini terjawab..?!


TITIP PESAN UNTUK ANAKKU

Nak,
Hidup abi, tak seperti hidupmu
Yang penuh dengan belukar modernisasi
Kepedihan yang melenakan
Menenggelamkan diri kedasar kenistaan
Terdalam tanpa kau sendiri menyadari

Nak,
Kalau boleh abi bertanya
Sudah siapkah engkau dengan hari esokmu?
Jangan!
Jangan pernah kau katakan tidak
Karena besok pasti datang
Menghampirimu
Dalam ketidaksadaranmu

Bersiaplah, Nak
Dengan bekal yang memadai

Nak,
Hari ini kutitipkan seuntai kata
Mungin dapat kau ingat, nanti
Kita memang papa
Tapi kita masih punya
Yang maha kuasa



SESAL

Seorang gadis desa
Terpaku sendiri
Di sebuah kali
Gemericik kali hari ini
Tak seriang yang kemarin

Seorang gadis desa
Termenung
Dalam remang kamar kosong
Hatinya melolong
Menyuarakan harap yang bolong

Sepi ini adalah milikku
Sepi ini karenaku
Karenamu
Kemarin
Saat bertemu



SAJAK PENGAKUAN

Maaf,
Aku telah berpaling darimu
Meski hanya dengan diriku

Tidak ada komentar: