Minggu, 16 November 2008

MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dinamis. Bahasa Indonesia terus berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan manusia sebagai pengguna bahasa Indonesia. Perkembangan bahasa Indonesia terjadi karena adanya beberapa factor. Salah satu factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia adalah penyerapan unsure-unsur asing ke dalam bahasa Indonesia. Unsur asing tersebut dapat berupa morfem, kata, atau frasa.

Terserapnya unsur asing ke dalam bahasa Indonesia jelas akan menimbulkan penyesuaian. Penyesuain dapat terjadi dengan penyesuaian pengucapan ataupun penyesuaian penulisan. Dengan adanya hal tersebut, akan muncul variasi baru atau alomorf dari sebuah morfem. Perubahan variasi morfem tersebut, dalam linguistic, masuk dalam kajian yang disebut dengan morfofonemik.

Adanya gejala morfofonemik dalam bahasa Indonesia terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia merupakan fenomena yang menarik yang perlu dikaji. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengulas morfofonemik dalam makalah ini. Pembahasan dalam makalah ini akan mengulas tentang proses, jenis, dan kaidah yang berlaku dalam pembentukan morfofonemik bahasa Indonesia bahasa Indonesia.

B. Fokus Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis telah menyusun fokus permasalahan untuk makalah ini, yaitu :

a. Bagaimanakah proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia ?

b. Apa saja jenis morfofonemik dalam bahasa Indonesia ?

c. Bagaiamanakah kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia ?

C. Kajian Teori

Untuk menganalisis permasalahan tersebut, penulis berpijak pada sejumlah pakar linguistic di antaranya :

a. Harimurti Kridalaksana dalam buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

b. Abu Chaer dalam buku Linguistik Umum.

c. Verhaar dalam buku Asas-Asas linguistik Umum.

d. Samsuri dalam buku Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif

e. Alwi Hasan dalam buku Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia.

f. Depdiknas dalam buku Morfologi Bahasa Indonesia.

Definisi Morfofonemik

Morfofonemik adalah perubahan fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-randanya. Misalnya pemberian nasal

/m/ pada kata yang berawal /b/ contoh: meN- + baca membaca

/n/ di depan fonem /d/ contoh : meN- + datang mendatang

/ň/ di depan fonem /j/ contoh : meN- + jual meňjual

/ŋ/ di depan fonem /g/ contoh : meN- + gambar meŋgambar

(Samsuri,Analisis Bahasa,hlm.94)

Lain halnya M. Ramlan yang mendefinisikan morfofonemik sebagai perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Misalnya morfem /ber/ yang terdiri dari fonem /b, ə, r/ bila bertemu dengan fonem /ajar/ fonem /r/ berubah menjadi /l/ sehingga morfemnya menjadi /belajar/.

Di samping kedua pendapat di atas, Harimurti juga memberikan satu definisi lain tentang morfofonemik. Morfofonemik adalah subsitem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi. Sedangkan yang dimaksud dengan proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Dari pendapat tersebut morfofonemik yang diungkapkan oleh Samsuri dan Ramlan merupakan bagian dari sebuah proses yang disebut dengan proses morfofonemik menurut Harimurti Kridalaksana.

B. PEMBAHASAN

1. Proses morfofonemik

Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya. Proses tersebut adalah proses yang seara otomatis dan proses yang tidak otomatis. Menurut Harimurti Kridalaksana, Proses morfofonemik terbagi atas 10 yaitu:

1. Pemunculan Fonem

6. Pelesapan fonem

2. Pengekalan Fonem

7. Peluluhan Fonem

3. Pemunculan dan pengekalan fonem

8. Penyisipan fonem secara historis

4. Pergeseran Fonem

9. Pemunculan fonem berdasarkan pola asing

5. Perubahan dan pergeseran fonem

10.variasi fonem bahas sumber

Lain halnya dengan Ramlan. Ramlan dalam bukunya Morfologi membagi proses morfofonemik menjadi tiga bagian yaitu :

1. Proses perubahan Fonem

2. Proses penambahan fonem

3. Proses hilangnya fonem

2. Jenis dan Kaidah Morfofonemik

1. Proses Morfofonemik yang otomatis

Ada beberapa jenis yang termasuk dalam proses morfofonemik secara otomatis. Proses tersebut adalah

a. Proses pemunculan fonem

Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi ialah pemunculan fonem. Fonem yang muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan fonem awal dalam morfem dasar. Perubahan morfofonemik semacam ini menimbulkan alomorf-alomorf dari morfem yang bersangkutan.

Peristiwa 1 : Pemunculan luncuran /y/ terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada /ay/, /i/, atau /e/ dan diikuti oleh sufiks atau bagian akhir konfiks yang diawali oleh vocal /a/. Contoh :

/kə - an/ + /tingi/ /kətingiyan/

/ - an/ + /təpi/ /təpiyan/

/pə - an/ + /nanti/ /pənantiyan/

Peristiwa 2 : Pemunculan luncuran /w/ terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada /aw/,/u/, atau /o/ yang diikuti olek sufiks atau bagian akhir konfiks yang diawali oleh vokal /a/. Contoh :

/kə - an/ + /pulau/ /kəpulauwan/

/ - an/ + /sərbu/ /sərbuwan/

/pə - an/ + /toko/ /pərtokowan/

Peristiwa 3 : Pemunculan /a/ terjadi pada penggabungan morfem dasar ayah dan sufiks –anda,/ayahan-da/

Peristiwa 4 : Pemunculan /n/ terjadi pada penggabungan morfem dasar diri dan perfiks se-,/səndiri/

Peristiwa 5 : Pemunculan /m/ terjadi pada penggabungan morfem dasar barang dan perfiks se-,/səm-baran/

Peristiwa 6 : Pemunculan /n/ terjadi pada penggabungan morfem dasar yang terjadi dari satu suku kata yang bergabung dengan /mə-/, /pə/, /pə-an/. Contoh :

/kə - an/ + /pulau/ /kəpulauwan/

/ - an/ + /sərbu/ /sərbuwan/

Peristiwa 7 : Pemunculan /m/ terjadi pada morfem dasar yang diawali dengan /b/, .f/, dan /p/ yang bergabung dengan awalan me-, pe-, dan pe-an. Dengan syarat

(a) Fonem /f/ merupakan awal morfem pinjaman

(b) Fonem /p/ merupakan

(1) fonem awalan dari morfem dasar yang mengandung unsur per- yang diikuti oleh konsonan.

(2) fonem ini merupakan bagian awal dari morfem dasar punya;

(3) bagian awal dari morfem dasar pinjaman.Contoh :

/mə-/ + /bəli/ /məmbəli/

/mə-kan/ + /fatwa/ məmfatwakan/

/mə-i/ + /pəbaru/ /məmperbarui/

Peristiwa 8 : Pemunculan /n/ terjadi bila morfem dasar yang diawali oleh morfem dasar yang diawali oleh konsonan /t/ dan /d/ bergabung dengan /mə-/ dan kombinasinya, /pə-/, dan /pə-an/. Contoh :

/pə-/ + /dəŋar/ /pəndəŋar/

/mə- / + /dapat/ məndapat/

/pə-an/ + /dulaŋ/ /pəndulaŋan/

Peristiwa 9 : Pemunculan /n/ yang terjadi bila morfem dasar diawali oleh konsonan /c/ dan /j/ bergabung dengan /mə-/, /pə-/, dan /pə-an/. Contoh :

/mə-/ + /caci/ /məňcaci/

/pə-/ + /curi/ /pəňcuri/

/pə-an/ + /cari/ /pəňcarian/

Peristiwa 10 : Pemunculan /n/ terjadi bila morfem dasar diawali oleh fonem /g/, /x/, /h/, atau /?/ bergabung dengan /mə-/, /pə-/, dan /pə-an/. Pemunculan /n/ juga terjadi pada gabungan morfem dasar yang diawali oleh konsonan /k/, bila morfem dasar itu berasal dari bahasa asing atau bila ada factor leksikal dengan tujuan menghindari homonim.Contoh :

/mə-/ + /ko’ordinir/ /məŋko’ordinir/

/pə-/ + /gugat/ /pəŋgugat/

/pə-an/ + /xusus/ /pəŋxususan/

b.Proses pengekalan fonem

Pengekalan fonem terjadi bila pada proses penggabungan morf tidak terjadi perubahan apa-apa, baik pada morfem dasar maupun pada afiks. Morfem dasar dan morfem terikat itu dikekalkan dalam bentuk baru yang lebih konkret.

Peristiwa 1 : Pengekalan fonem terjadi bila morfem dasar yang diawali oleh fonem /y/, /r/, /I/, /w/, atau nasal bergabung dengan /me/, /pe/. Contoh :

/pə-/ + /warna/ /pəwarna/

/mə-kan/ + /ramay/ /məramaykan/

/pə-/ + /ramal/ /pəramal/

/mə-i/ + wajib /məwajibkan/

/pə-/ + /mula/ /pəmula/

/mə-/ + masak /məmasak/

Peristiwa 2 : Pengekalan fonem terjadi bila morfem dasar yang berakhir dengan /a/ bergabung dengan konfiks ke-an.Contoh :

/kə-an/ + /raja/ /kərja’an/

/kə-an/ + /ada/ /kə’adaan/

/kə-an/ + /lama/ /kəlama’an/

Peristiwa 3 : Pengekalan fonem terjadi bila afiks ber-, per-, atau ter-, bergabung dengan morfem dasar kecuali ajar, anjur. Contoh :

/bər-/ + /main/ /bərmain/

/bər-/ + /bali/ /bərbali/

/tər-/ + /səlip/ /təsəlip/

/tər-/ + /lalu/ /tərlalu/

/pər-/ + /tanda/ /pərtanda/

Peristiwa 4 : Pengekalan fonem terjadi bila afiks se- bergabung dengan morfem dasar.

/sə-/ + /’arah/ /sə’arah/

/sə-/ + /hati/ /sə’hati/

/sə-/ + /’umur/ /sə’umur/

/sə-/ + /tingkat/ /sə’tingkat/

/sə-/ + /butir/ /sə’butir/

Peristiwa 5 : Pengekalan fonem terjadi bila afiks –wan, -man, -wati bergabung dengan morfem dasar. Contoh :

/səni/ + /-man/ /səniman/

/pəraga/ + /-wati/ /pəragawati/

/warta/ + /-wan/ /wartawan/

Catatan: Pengekalan fonem pertama morfem dasar yang berupa/’/, hanya berlaku untuk bahasawan dan dalam wicara lambat. Contoh :

/bər-/ + /’indu’/ /bər’indu’/

/bər-/ + /’arah/ /bər’arah/

/tər-/ + /’axir/ /tər’axir/

/tər-/ + /’ukur/ /tər’ukur/

/tər-/ + /’isa’/ /tər’isa’/

c. Proses pemunculan dan pengekalan fonem

Pemunculan dan pengekalan fonem ialah proses pemunculan fonem yang homorgan dengan fonem pertama morf dasar dan sekaligus pengekalan fonem pertama morf dasar tersebut; proses ini terjadi karena bahasawan ingin mempertahankan identitas leksikal morf dasar dan bertujuan menghindari homonym dengan bentuk pemunculan. Proses ini hanya terjadi pada prefiksasi.

Peristiwa 1 : Pemunculan /ŋ/ dan pengekalan /k/. contoh

/mə-/ + /kukur/ /meŋukur/

/pə-/ + /kaji/ /pəŋkaji/

Peristiwa 2 : Pemunculan /ŋ/ dan pengekalan /’/.Contoh

/mə-/ + /’ara’/ /məŋaraŋ/

/pə-/ + /’ukur/ / pəəŋukur/

d. Proses pergeseran posisi fonem

Pergeseran posisi fonem terjadi bila komponene dari morfem dasar dan bagian dari akfiks membentuk satu suku kata. Pergeseran ini dapat terjadi ke depan, ke belakang atau dengan pemecahan.

Peristiwa 1 : Pergeseran ke belakang terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada konsonan yang diikuti oleh sufiks atau komponene akhir konfiks yang diawali oleh vocal, sehingga konsonan tersebut menjadi bagian dari suku kata yang dibelakang,

/baik/ + /pər-i/ /pər-ba-i-ki/

/sakit/ + /pə-an/ /pə-sa-ki-tan/

/taŋis/ + /-i-/ /ta-ŋi-si/

/rambut/ + /-an/ /ram-bu-tan/

/bakar/ + /kə-an/ /kə-ba-ka-ran/

Peristiwa 2 : Pergeseran ke depan terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada vocal yang diikuti oleh sufiks yang berawal dengan konsonan, sehingga konsonan tersebut menjadi bagian dari suku kata pra-akhir itu. Contoh :

/ibu/ + /-nda-/ /i-bun-da/

/bibi/ + /-nda-/ /bi-bin-da/

/cucu/ + /-nda-/ /cu-cun-da/

Peristiwa 3 : Pemecahan suku kata terjadi dalam proses penyisipan dengan –el, -er- dan –em-, sehingga unsure-unsur sisipan itu terpecah dalam suku kata yang berlainan.

Contoh : /gəmbuŋ/ + /-I-/ /gə-ləm-buŋ/

/gigi/ + /-r-/ /gə-ri-gi/

/gətar/ + /-m-/ /gə-mə-tar/

e. Proses perubahan dan pergeseran posisi fonem

Perubahan dan pergeseran posisi fonem terjadi pada proses penggabungan morfem dasar yang berakhir dengan konsonan dengan afiks yang berawal dengan vocal, atau penggabungan morfem dasar ajar dengan afiks ber-, per-, dan per-an, atau pada penggabungan morfem dasar anjur dengan afiks ter-.

Peristiwa 1 : Perubahan dari fonem /’/ menjadi fonem /k/ terjadi bila morfem dasar yang berakhir dengan fonem /’/ bergabung dengan sufiks /-an/ atau bagian akhir konfiks yang berawal dengan vokal, dan membentuk suku kata baru. Contoh :

/mər-i/ + /nai’/ /mə-na-i-ki/

/kə-an/ + /dudu’/ /kə-du-du-kan/

/-an/ + /gəra/ /gə-ra-kan/

Realisasi fonem /k/ pada akhir morfem dasar hanya terjadi dalam dialek-dialek tertentu.

Peristiwa 2 : Perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /I/ pada akhir afiks ber-, per-, dan per-an terjadi bila afiks-afiks tersebut bergabung dengan morfem dasar ajar. Fonem yang berubah itu membentukan suku kata baru dengan vokal awal. Contoh

/bər-/ + /’anjar/ /bər-la-jar/

/pər-/ + /’ajar/ /pə-la-jar/

Peristiwa 3 : Perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /I/ pada akhir afiks ter- terjadi bila afiks itu bergabung dengan morfem dasar anjur dan antar. Fonem yang berubah itu membentuk suku kata baru dengan vokal awal morfem dasar. Contoh :

/tər-/ + /’antar/ /tər-lan-tar/

/tər-/ + /’anjur/ /tər-lan-jur/

f. Proses pelepasan fonem

Proses pelepasan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada saat terjadi penggabungan morfem.

Peristiwa 1 : Pelepasan fonem /k/ atau /h/ terjadi bila morfem dasar yang berakhir pada konsonan tersebut bergabung dengan sufiks yang berasal dari konsonan juga.

Contoh : /’anak/ + /-nda/ /’ananda/

/səjarah/ + /-wan/ /səjarawan/

/’ilmiah/ + /-wan/ /’ilmiyawan/

Peristiwa 2 : Pelepasan fonem /r/ dari afiks /bər-/, /tər-/, /pər-/ dan /pər-an/ karena bergabung dengan morfem dasar yang suku pertamanya berawal dengan fonem /r/ atau yang suku pertamanya mengandung /r/. penggabungan afiks tersebut dengan morfem dasar ajar, dan anjur. Contoh :

/bər-/ + /rumah/ /bərumah/

/tər-/ + /ramai/ /təramai/

/pər-/ + /ramal/ /pəramal/

/bər-/ + /kərja/ /bəkərja/

/pər-an/ + /raya/ /pəray’an/

g. Proses peluluhan fonem

Peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem dasar dengan afiks membentuk fonem baru.

Peristiwa 1 : Peluluhan fonem /k/ dari morfem dasar yang diawali dengan fonem /k/ yang bergabung dengan /mə-/, /mə-kan/, /mə-i/ /pə-/ dan /pə-an/. Dalam proses morfofonemik dengan morfem dasar yang diawali oleh konsonan /k/ yang berasal dari bahasa asing atau karena adanya. Contoh :

/mə-/ + /karaŋ/ /məŋaran/

/pə-/ + /karaŋ/ /pəŋaraŋ/

/mə-kan/ + /kirim/ /məŋirimkan/

/pə-an/ + /kuraŋ/ /pəŋuraŋan/

/mə-i/ + /kuraŋ/ /məŋuraŋi/

Peristiwa 2 : Peluluhan fonem // bila afiks /mə-/, /mə-kan/, /mə-i/ /pə-/ dan /pə-an/ digabungkan dengan morfem dasar yang diawali oleh fonem /p/, kecuali pada morfem dasar yang berprfiks per- atau yang berasal dari bahasa asing.Contoh :

/mə-/ + /pilih/ /məmilih/

/pə-/ + /pahat/ /pəmahat/

/mə-kan/ + /pikir/ /məmikirkan/

/pə-/ + /putih/ /pəmutihan/

/mə-i/ + /pəraŋ/ /məməraŋi/

Peristiwa 3 : Peluluhan fonem /s/ terjadi pada penggabungkan morfem dasar yang diawali oleh fonem /s/ dengan afiks /mə-/, /mə-kan/, /mə-i/ /pə-/ dan /pə-an/, kecuali bila fonem /s/ mengawali morfem dasar yang berasal dari bahasa asing.

/mə-/ + /sayur/ /məňayur/

/mə-i/ + /sakit/ /məňakiti/

/mə-kan/ + /saksi/ /məňaksikan/

/pə-/ + /susun/ /pəňusun/

Peristiwa 4 : Peluluhan fonem /t/ pada morfem dasar yang diawali oleh fonem /t/ yang bergabung dengan afiks /mə-/, /mə-kan/, /mə-i/ /pə-/ dan /pə-an/, kecuali pada morfem dasar yang berasal dari bahasa asing atau morfem dasar yang berprefiks ter-.Contoh :

/mə-/ + /tata/ /mənata/

/mə-kan/ + /tidur/ /mənidurkan/

/mə-i/ + /təlusur/ / mənəlusuri/

2. Proses morfofonemik yang tidak otomatis

a. Proses pemunculan fonem secara histories

Penyisipan ini terjadi bila morfem dasar yang berasal dari bahasa asing diberi afiks yang berasal dari bahasa asing pula, sehingga fonem yang semula tidak ada pada morfem dasar itu, muncul kembali pada saat penggabungan morf. Contoh :

/standar/ + /-isasi/ /standarisasi/

/’obyek/ + /-if/ /’obyektif/

b. Proses pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing

Pemunculan fonem terjadi karena mengikuti pola morfofonemik bahasa asing. Gabungan ini terjadi dari morfem dasar dalam bahasa Indonesia dengan afiks asing, baik afiks Arab maupun Inggris. Contoh :

/gəreja/ + /-i/ /gərejani/

/pompa/ + /-isasi/ /pompanisasi/

/dunia/ + /-i/ /duniawi/

/tenda/ + /-isasi/ /tendanisasi/

c. Proses variasi fonem bahasa sumber

Variasi fenom ini mengikuti pola bahasa sumber dan memiliki makna yang sama dengan makna pada bahasa sumber. Contoh

-kus ¬ -si -ik ¬ -s

kritikus kritisi klinik klinis

politikus politisi teknik teknis

Selain proses morfofonemik yang tidak otomatis yang terjadi karena faktor fonologis, ada pula proses morfofonemik yang terjadi karena faktor semantik. Dalam proses ini bahasawan rupanya ingin mempertahankan identitas leksem, sehingga tidak timbul pengacauan makna. Contoh :

(i) Mengarang : 1. məŋaraŋ

a. məŋ’araŋ ‘menjadi arang’

Mengkarang : ‘menjadi karang’

(Penggabungan me dan karang secara otomatis akan menghasilkan mengarang/məŋaraŋ/saja, tetapi identitas morfem dasarnya atau leksemnya tidak tampak)

(ii) mengaji : ‘membaca Al Qur’an’

mengkaji : ‘mempelajari’

(iii) mengukur : 1. məŋukur kelapa

2. məŋ’ukur kekuatan lawan

(iv) beruang : 1. bəruaŋ : nama hewan

2. bə-ruaŋ : ‘mempunyai ruang’

3. bər’uang : ‘mempunyai uang’

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut, penulis dapat mengemukakan beberapa simpulan berikut :

1. Morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem yang lain.

2. Proses morfofonemik ada dua yaitu morfofonemik yang otomatis dan morfofonemik yang tidak otomatis.

3. Dilihat dari prosesnya, morfofonemik terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu adanya perubahan fonem, penambahan fonem, dan penghilangan fonem.

4. Proses morfofonemik meliputi proses pemunculan fonem, pengekalan fonem, pemunculan dan pengekalan fonem, pergeseran posisi fonem, perubahan dan penggeseran posisi fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem. Adapun morfofonemik yang tidak otomatis meliputi proses pemunculan fonem secara histories, pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing, dan variasi bahasa sumber dank arena faktor semantik.

5. Pada dasarnya morfofonemik merupakan satu kaidah untuk mempermudah pengucapan suatu morfem oleh pengguna bahasa secara luas.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat PLP.

Keraf, Gorys.1980. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan,M. 1997. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.Karyono.

Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih pak,,sangat bermanfaat